Welcome to My Blog

Lentera Merah, nur di dalam kegelapan.

Awal Harapan dan Cita-Cita

Bersama teman-teman di pantai cermin,Sumatera Utara,Indonesia.

Setinas, Rakernas, Silatnas HIMNAS PKn

Wisata di Moseum Kalimantan Barat, Pontianak bersama Peserta dan Panitia Setinas, Rakernas, Silatnas HIMNAS PKn 2-4 November 2012 di STKIP PGRI Pontianak.

Foto Bersama Kombes Pol Drs. Heri Subiansauri, SH.MH.MSi

Dalam Seminar Nasional, Menyambut Hari Sumpah Pemuda tahun 2012 dengan tema “Pemuda Dan Patriotisme Dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Sema FIS Unimed) bekerjasama dengan Pusat Studi HAM Universitas Negeri Medan (Pusham Unimed) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) .

Nomor Punggung 4

Pelepas Minat setelah pertandingan FIS CUP tahun 2012.

Pages

Friday 18 October 2013

Bermimpi Swasembada Pangan (Opini Analisa)

Oleh: Fazli Rachman

Analisa. Penduduk dunia kini mencapai 7,2 Miliar jiwa dan diperkirakan akan naik pada tahun 2025 menjadi 8,1 Miliar jiwa sementara pada tahun 2050 diperkirakan akan naik dengan kisaran 9,6 Miliar jiwa yang sebelumnya diperkirakan “hanya” berkisar 9,3 Miliar jiwa,  setidaknya begitulah yang tercantum dalam laporan terbaru yang bertajuk “Prospek Penduduk Dunia” yang diliris oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 14 Juni 2013 lalu.  
            Pertumbuhan penduduk dunia dipredisi naik besar-besaran menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat dunia kini. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dunia dari tahun-ketahun khususnya pada negara-negara yang masih menyandang lebel negara miskin berkembang yang sulit ditekan seperti di Afrika yang diperdiksi akan naik berkisar dua kali lipat pada 2050 akan menambah keniscayaan semakin padatnya bumi dimasa mendatang.
 Peningkatan jumlah penduduk dunia justru akan menguras sumber daya lebih banyak seperti energi, air, materil dan terpenting adalah pangan serta ketersediaan lahan pertanian yang justru makin sempit digerus oleh pertumbuhan industri, bisnis serta hunian. Semakin meningkat jumlah penduduk dunia maka semakin sedikit ruang pertanian produktif dampaknya ketersediaan pangan juga semakin menipis, masalah ini harus dicarikan solusi secepatnya.
            Ketersedian pangan dunia sangat dibutuhkan untuk mencukupi konsumsi perut dunia, tetapi memang justu disinilah masalah utamanya ketika kebutuhan pangan dunia sangat tinggi justru ketersedian lahan untuk menghasilkan pangan terus menipis dikarenakan semakin pesatnya pembangunan global yang diperuntukan untuk berbagai bidang industri, bisnis dan hunian yang sama-sama dibutuhkan. Tak heran jika negara-negara yang tidak memiliki lahan pertanian produktif akan rela mengimpor kebutuhanya pangan negaranya dari negera tetangga yang kelebihan stok pangannya. Bagaimana jika negara-negara didunia produksi panganya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan negeranya saja, lalu negara-negara yang tidak memiliki lahan produktif untuk menghasilkan kebutuhan pangan yang berakibat rakyatnya akan kelaparan atau justru mati karenanya.
Bagaimana Dengan Indonesia?
            Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237. 641. 326 jiwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga menduduki peringkat ke-empat  penduduk terbanyak didunia dan pada tahun 2013 penduduk Indonesia berkisar 250 Juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun. Besarnya penduduk Indonesia juga menjadi dilema tersendiri, sudah dipastikan akan menimbulkan masalah baru ditenggah masalah yang sudah menumpuk khususnya pangan.
            Indonesia adalah negara agraris yang tidak mampu memenuhi kebutuhan panganya sendiri secara mandiri. Dengan Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² diselimuti dengan iklim tropis sudah seharusnya Indonesia dapat mencukupi kebutuhan pangannya sendiri, tetapi faktanya tidak. Indonesia harus mengimpor sejumlah kebutuhan pokok dari luar negeri untuk memenuhi konsumsi perutnya, lebih sakit lagi jika kita justru mengimpor kebutuhan pangan dari negara-negara yang potensi alamnya jauh dibawah negara kita, contohnya; garam dari Australia, India, Jerman, Selandia Baru dan Singapura, sebenarnya Indonesia garis pantai terpanjang didunia dan sudah pasti memiliki potensi sangat besar untuk menghasilkan garam tetapi hanya sedikit diantaranya yang dimanfaatkan. Kini Indonesia semakin tidak mampu menyediakan kebutuhan panganya sendiri, upaya swasembada pangan hanya sekedar mimpi disiang bolong.
            Hampir 65 persen kebutuhan pangan Indonesia berasal dari impor, masalahnya dinamis karena kebutuhan pangan yang terus meningkat tetapi tidak dibarengi dengan lahan produksi yang cukup akibat konvensi lahan yang terus terjadi. Percuma saja jika terus berwacana tanpa action apa yang dihasilkan, wacana swasembada pangan hingga kini  hasilnya masih abstrak. Pemerintah harus sadar kebutuhan lahan pertanian sangat mendesak dewasa ini, lahan pertanian menyusut memang sudah wajar jika melihat pertumbuhan penduduk yang membutuhkan ruang tentunya, dan banyak juga beralih menjadi perkebunan untuk itu perlu dilakukan recovery lahan pertanian sebagai upaya antisipasi.
Tercatat oleh BPS sebanyak 28 komoditas pangan masyarakat Indonesia masih di-impor dari negara lain seperti beras, jagung, kedelai, biji gandum, teping terigu, gula pasir, daging sapi, garam dan masih banyak lagi justu semakin menguatkan swasembada pangan hanya mimpi disiang bolong mengingat data tersebut Januari sampai Juni 2013,  semakin menguatnya bahwa negara sebesar Indonesia tidak dapat memenuni kebutuhan pangannya. Didalam kondisi bangsa yang kekurangan stok panganya justru masih beruntung ada negara yang mau menjual sisa panganya kepada kita, bagaimana jika pertumbuhan penduduk dunia semakin tinggi dan kebutuhan pangan negara juga tinggi dan stok pangan hanya cukup untuk negaranya saja maka secara otomatis masyarakat Indonesia akan kelaparan bahkan mati karenanya.
Penutup
 Kurangnya stok pangan nasional menjadi masalah tersendiri menggingat kita sempat mengalami swasembada pangan dulunya, kini pangan menjadi masalah yang harus secara cepat diselesaikan. Penyebab utamanya adalah kurangnya lahan untuk pertanian, oleh karenanya recovery lahan pertanian sebagai kebutuhan mendesak. Konvensi lahan pada sector pertanian menjadi lahan komersial harus dihentikan untuk itu pemerintah harus mengawal pemanfaatan lahan telah kembali agar tidak dikonvensi ulang.
Kecukupan lahan pertanian akan memberi andil besar untuk peningkatan pangan nasional. Bukan hal yang mubazir juga bila peningkatan pemahaman petani menjadi upaya secara kontinu harus menjadi prioritas sehingga bukan hanya kuantitas pangan yang meningkat tetapi juga kualitasnya. Jika kuantitas dan kualitas pangan meningkat dan kebutuhan nasional terpenuhi, swasembada pangan bukan lagi sekedar mimpi disiang bolong.
Dengan kecukupan pangan nasional maka akan memberikan pengaruh besar atas kebutuhan pangan dunia yang semakin menjadi perhatian, memingat pertumbuhan penduduk dunia yang semakin luar biasa tinggi. Maka pangan nasional khsusnya dan dunia umumnya harus dipersiapkan sedini mungkin sehingga dapat meredam shock akibat semakin padatnya penduduk dan keterbatasan ruang pertanian nantinya. ***

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, dan Aktivis HMI

Jangan Sampai Indonesia Defisit Listri (Opini Analisa)

Oleh: Fazli Rachman. 

Analisa. Sempat melemah diakibatkan kenaikan harga BBM pada 21 Juli 2013, Pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini menunjukan tren positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi menurun ke level 5,7 hingga 5,9 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati posisi kedua dalam negara-negara yang tergabung dalam G20.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif baik dibarengi dengan pertumbuhan konsumsi listrik yang relatif besar. Menurut data Perusahaan Listrik Negara (PLN) konsumsi listrik semester satu tahun 2013 mencapai 90,48 twh (tera watt hour), sementara pada semester satu tahun 2012 konsumsi listrik mencapai 84,43 twh. Artinya pertumbuhan konsumsi listrik naik sebesar 7,2 persen dari tahun lalu. Jika dilihat pertumbuhan pelanggan industri pada semester satu tahun 2013 naik ke level 4,5 persen dibandingkan tahun lalu, konsumsi energi sektor industri untuk kalangan industri yang menggunakan listrik dalam kegiatan produksi naik sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

Pertumbuhan konsumsi listrik nasional yang naik sebesar 7,2 persen memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang tumbuh. Argumen ini diperkuat dengan data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pertumbuhan konsumsi listrik pada sektor produksi naik sebesar 8,3 persen. Yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana kesiapan negara khususnya PLN untuk menyiapkan pasokan listrik agar mencukupi kebutuhan konsumsi listrik nasional khususnya pada sektor industri dan bisnis.