Pages

Friday 18 October 2013

Jangan Sampai Indonesia Defisit Listri (Opini Analisa)

Oleh: Fazli Rachman. 

Analisa. Sempat melemah diakibatkan kenaikan harga BBM pada 21 Juli 2013, Pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini menunjukan tren positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi menurun ke level 5,7 hingga 5,9 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati posisi kedua dalam negara-negara yang tergabung dalam G20.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif baik dibarengi dengan pertumbuhan konsumsi listrik yang relatif besar. Menurut data Perusahaan Listrik Negara (PLN) konsumsi listrik semester satu tahun 2013 mencapai 90,48 twh (tera watt hour), sementara pada semester satu tahun 2012 konsumsi listrik mencapai 84,43 twh. Artinya pertumbuhan konsumsi listrik naik sebesar 7,2 persen dari tahun lalu. Jika dilihat pertumbuhan pelanggan industri pada semester satu tahun 2013 naik ke level 4,5 persen dibandingkan tahun lalu, konsumsi energi sektor industri untuk kalangan industri yang menggunakan listrik dalam kegiatan produksi naik sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

Pertumbuhan konsumsi listrik nasional yang naik sebesar 7,2 persen memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang tumbuh. Argumen ini diperkuat dengan data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pertumbuhan konsumsi listrik pada sektor produksi naik sebesar 8,3 persen. Yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana kesiapan negara khususnya PLN untuk menyiapkan pasokan listrik agar mencukupi kebutuhan konsumsi listrik nasional khususnya pada sektor industri dan bisnis.


Kondisi Riil

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menujukkan tren positif juga dibarengi dengan pertumbuhan konsumsi listrik nasional yang terus meningkat. Dibandingkan tahun lalu pertumbuhan konsumsi listrik nasional naik ke level 7,2 persen. Konsumsi listrik yang ikut tumbuh sesuai dengan pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian apakah PLN tetap dapat memasok listrik untuk kebutuhan khususnya industri dan bisnis?.

PLN sebagai pemasok utama listrik nasional dituntun proaktif untuk penyambungan dan pembaharuan (penambahan) daya guna mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kondisi riil jika dilihat dengan jelas PLN terkesan tidak sungguh-sungguh untuk menyelesaikan permasalahannya, permasalahan listrik paling umum adalah pemadaman listrik bergilir. Pemadaman bergilir menjadi masalah sering dikeluhkan konsumen, pasalnya pemadaman sering sekali terjadi pada jam aktif produksi sehingga menyebabkan produksi terhenti. 

Pemadaman listrik bergilir bukan hanya terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, pemadaman bergilir juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia dan kerap menimbulkan kerugian. Sebagai contoh; Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Tengah mengeluhkan pemadaman listrik di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlangsung pukul 16:00 hingga 23:00 WIB, Selasa, 30 September 2013 telah merugikan perusahaan hingga miliaran rupiah, PLN mengatakan pemadaman listrik disebabkan kerusakan gardu.

Beralih dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ke Sumatera Utara (Sumut). Di Sumut memang akhir-akhir ini sering terjadi pemadaman listrik bergilir yang “katanya” disebabkan karena kurangnya pasokan listrik, lama kelamaan krisis listrik Sumut semakin parah, dalam sehari pemadaman listrik bisa mencapai tiga kali (“seperti minum obat”). Penyebabnya karena kurangnya pasokan listrik di wilayah Sumut, konsumsi listrik Sumut berkisar 1.685 MW sementara pasokan listrik yang tersedia berkisar 1250 MW sehingga Sumut kekurangan 435 MW. 

Bukan hanya pulau Jawa dan Sumatera, pulau Kalimantan juga mengalami kondisi demikian. Pemadaman bergilir juga terjadi di Kalimantan Timur, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong Kutai Kartanegara. Masalahnya hampir sama dengan yang terjadi di Sumut (kekurangan pasokan listrik), kekurangan pasokan listrik hingga mencapai 30 MW. Pasokan yang tersedia adalah sebesar 272 MW sementara konsumsi listrik di daerah tersebut mencapai 315 MW. Bukan hanya kekurangan pasokan, kondisi diperburuk dengan mesin pembangkit listrik sistem Mahakam juga ada yang rusak. 

Contoh-contoh ini menjadi gambaran universal untuk dapat menggambarkan kesiapan dari PLN untuk mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kondisi rill beberapa wilayah di Indonesia menunjukan dewasa ini PLN sebagai pemasokan utama listrik nasional belum siap untuk mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan Indonesia akan terancam defisit listrik pada tahun 2017. Acaman defisit listrik bukanlah sebuah wacana biasa, jika benar kondisi ini akan menyebabkan terhambatnya pembangunan Indonesia, dan secara otomatis menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Sebenarnya apa yang harus dilakukan?.

Dimulai dengan mengubah paradigma pengelolaan energi dari “Energy Supply Slide Management” menjadi “Energi Demend Slide Management”. Maksudnya paradigma lama pengelolaan kebutuhan energi yang masih boros dengan memanfaatkan energi fosil sedangkan energi baru dan terbarukan sebagai energi alternatif seharusnya sudah ditinggalkan dengan menggunakan baru paradigma yaitu pengunaan energi baru dan terbarukan secara efisien sedangkan energi fosil sebagai penyeimbang. 

Paradigma baru pengelolaan energi sudah seharusnya Indonesia saat ini membutuhkan kebijakan dan politik energi kelistrikan alternatif yang berkelanjutan, ekonomis, green energy (energi hijau) memiliki persebaran yang merata. Pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, misalkan energi baru seperti nuklir, hidrogen, gas metana batu bara (CBM, Coal Bed Methane), batu bara tercairkan (liquified coal), dan batu bara tergaskan (gasified coal). Sementara, energi terbarukan terdiri atas panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari/surya, aliran dan terjunan air, dan gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut, yang kemudian dilengkapi dengan teknologi terbaru sebagai pendukung.

Dengan paradigma “Energi Demend Slide Management”, pengembangan energi baru dan terbarukan yang efektif dan efisien akan menjawab keniscayaan Indonesia menjadi negara yang lebih maju kedepannya, dengan memafaatkan energi listrik untuk mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga kebutuhan konsumsi listrik untuk meningkatkan produktifitas diberbagai bidang industri dan bisnis dapat terpenuhi. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat dengan harapan kedepannya Indonesia menjadi maju. “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik”.***

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Aktivis HMI

0 comments:

Post a Comment