Oleh
FAZLI RACHMAN
FAZLI RACHMAN
(Mahasiswa
Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Pengurus Senat
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Aktivis HMI)
Sindo (Poros Mahasiswa), Isu kenaikian harga BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi isu hangat di
berbagai media akhir ini. Beberapa hari lalu Pemerintah sempat mengumandangkan pemberlakuan dua atau dual
price yakni kendaraan transportasi umum, kendaraan pengangkut
barang kebutuhan masyarakat, dan kendaran roda dua tetap menikmati harga BBM
bersubdisi 4500 rupiah/ liter. Sedangkan mobil pribadi harus membayar 6500
rupiah/ liternya.
Pemberlakuan dua harga BBM sudah dipastikan Pemerintah naik
Mei ini. Baru-baru ini Pemerintah cenderung memilih menaikan harga dengan pemberlakuan
satu harga BBM, artinya Pemerintah akan tetap menaikan harga BBM secara
keseluruhan dan tidak jadi mengunakan sistem dua harga.
Rencana pemberlakuan harga BBM dari dua harga menjadi satu
adalah wujut tidak konsistennya Pemerintah menangapi permasalah yang sangat
urgen seperti ini. Pasalanya subsidi BBM sangat memeberatkan APBN ditambah lagi
pengunaan BBM yang terus naik tiap tahunya dinilai sebagai masalah yang sangat
urgan saat ini. Tidak kosistennya Pemerintan bukan kali ini saja, dalam
beberapa tahun belakangan Pemerintah sepertinya ragu-ragu dalam mengeksekusi
kebijakan yang sudah direncanakan misalnya rencana menaiakan harga BBM, rencana
pembatasan dan pengendalian BBM yang hanya menjadi wacana hingga konversi BBM
ke-BBG yang tidak tahu kabarnya hingga sekarang.
Lagi-lagi kejadian yang sama akan terulang kembali apabila Pemerintah
tidak konsisten memilih memberlakukan harga BBM dengan satu harga yang
semulanya direncanakan mengunakan sistem dua harga. Setidaknya Pemerintah harus
berfikir dua kali untuk mengambil kebijakan menaikan harga BBM dengan satu
harga. Kebijakan tersebut akan berdampak luas apabila Pemerintah tetap menaikan
harga BBM dengan satu harga. Kenaikan harga BBM akan berdampak luas terutama kebutuhan
pokok, kenaikan harga BBM akan mendongkrak harga kebutuhan dan kemudian akan
berakar naiknya harga-harga kebutuhan lainya.
Kalaupun memang harus menaikan harga BBM harus ada solusi
lain sebagai penopang dampak dari naiknya harga BBM kali ini seperti subsidi
kesehatan, subsidi sembako (menurunkan harga sembako agar tetap stabil),
meningkatkan lapangan kerja, gratiskan biaya pendidikan, pengembangan energi
alternatif seharusnya ditinggkatkan
untuk menopang dampak dari kenaikan harga BBM .
Kebijakan terkait subsidi BBM sudah seharusnya matang, dan
tidak seharunya mentah kembali bila kebijakan tersebut dianggap tidak
memberatkan rakyat miskin. Pemerintah sebagai wakil rakya sudah seharusnya
bekerja ekstra untuk menjawab masalah tersebut yang menjadi masalah
turun-temurun setiap tahunnya. Pemerintah juga harus mengambil kebijakan yang
tepat tidak memberatkan rakyat miskin oleh karenanya Pemerintah harus berfikir
matang terkait harga BBM.
Diakhir cerita, Pemerintah harus tegas dalam menyikapi dan
mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang urgen, tidak bertele-tele,
konsisten dengan memperhatikan dampak atas kebijakan yang diambil dengan
mepertimbangkan kepentingan rakyat serta yang terpenting adalah kebijakan yang
sudah diambil seharusnya dilaksanakan
dengan baik dan jujur.
0 comments:
Post a Comment